Kamis, 26 November 2015

Maaf, Anda Bukan Raja Tapi Kekasih Saya


Dalam judul buku The Star of Service yang telah saya release tahun 2014 yang lalu, saya ungkap bagaimana seharusnya kita menjadi bintang dalam pelayanan. Seperti kita ketahui bahwa di dalam persaingan yang sengit saat ini, para pebisnis siapapun itu harus mau keluar dari pemikirannya yang menganggap bahwa bisnis hanya berorientasi pada produk dan mencari keuntungan, Padalah bisnis itu berasal dari konsumen yang punya kebutuhan dan keinginan untuk dipenuhi.

'Sentuhan", ya.. itulah kata kunci yang seringkali terlupakan oleh kita sebagai pemberi layanan. Tetapi bukan berarti bahwa konsumen atau pelanggan itu diagungkan sebagai Raja. Lantas bagaimana seharusnya kita menempatkan konsumen atau pelanggan ?

Ingat,

Bisnis kita ada karena customer, bagaimana bisa kita mengabaikan harapan dan kebutuhan customer kita sendiri ?

Konsumen juga telah mengalami pergeseran dari waktu ke waktu. Mereka menjadi semakin pintar, kritis, cerewet, banyak menuntut, bahkan semakin tak terduga. Secara umum, ada 3 faktor yang membuat konsumen berubah, yaitu lingkungan, pasar dan konsumen sebagai pembeli itu sendiri.
  
Faktor lingkungan berkaitan dengan informasi global yang terus berkembang setiap saat. Di samping itu, Undang-undang dan lingkungan sekitar juga menjadi elemen yang menyebabkan konsumen berubah. Sementara faktor kedua yakni pasar, berhubungan dengan reputasi perusahaan dan kompetisi yang dialaminya. Artinya, persaingan sudah tidak bisa dielakkan dalam merebut hati konsumen dan reputasi perusahaan menjadi sangat penting sebagai bahan pertimbangan. Terakhir adalah faktor yang dimunculkan dari konsumen itu sendiri sebagai pembeli. Perilaku membeli konsumen bervariasi dikarenakan perubahan gaya hidup, tingkat ekonomi, pendidikan dan bahkan pengalaman hidup. 


Oleh karena itu, kita perlu mengubah mindset/pola pikir bahwa konsumen sesungguhnya adalah seseorang yang dekat dengan kita dan selayaknya mendapatkan perhatian tulus dari kita. Pertanyaannya, apa akibat dari pemahaman orang selama ini jika menganggap konsumen itu adalah raja?  

Mari kita analisa dengan logika sederhana saja. Jika Anda menganggap konsumen itu adalah raja, maka secara umum perilaku seorang raja adalah memerintah dan bersifat satu arah. Jika demikian halnya, Anda bisa bayangkan jika konsumen Anda yang dengan serta merta memerintah Anda ini itu untuk memenangkan kepentingannya. Sanggupkah Anda memenuhinya? 

Jadi, hal yang paling benar yang harus kita tanamkan di dalam pikiran kita, yaitu konsumen adalah seperti "Kekasih Terbaik". Kita pasti mengerti bagaimana memperlakukan seorang kekasih, bukan? Maka seperti itu jugalah selayaknya konsumen diperlakukan.  Konsumen adalah seseorang yang kita cintai, yang kita perhatikan kebutuhannya, saling melengkapi, saling percaya dan memiliki hak dan kewajiban yang sama-sama harus dimengerti satu sama lain.

Perilaku konsumen adalah cerminan dari perilaku pemberi layanan. Konsumen yang baik menjadi semakin baik jika diperlakukan dengan baik oleh pemberi layanan yang baik, begitupun sebaliknya. Maka tidak ada alasan mengapa kita tidak mau memahami seberapa penting arti konsumen dalam bisnis perusahaan ataupun bisnis individu. Karyawan digaji bukan oleh perusahaan, melainkan oleh konsumen  melalui media perusahaan tempatnya bekerja. Pola pikir inilah yang sejatinya harus dimiliki oleh setiap individu dalam perusahaan dan para pemberi layanan, sehingga dalam pandangannya, konsumen adalah kekasih yang sangat dicintainya.


Setiap orang butuh untuk dilayani dan senantiasa ingin diperhatikan, karena ini adalah soal rasa yang labil dan bagaimana kita mampu membuatnya stabil serta konsisten.“


  

Minggu, 25 September 2011

Dunia dan Akhirat


Apa arti hidup ?
Ketika usia semakin bertambah
Tapi akhlak semakin nista

Hidup yang mana yang harusnya menjadi tujuan ?
Bukankah hidup di akhirat adalah tujuan sebenarnya ??

Kesempatan..
Adalah ruang diantara Dunia dan akhirat
Lantas bagaimana tabungan akhir dapat terisi dengan kesempatan yg ada saat ini ??
Tidak kah kita merasa cukup dengan semua perintah Tuhan yg telah kita langgar ??
Mau sampai kapan kita mulai menyadari arti hidup yang sebenarnya ??

Dunia..
Akhirat..
Keduanya sama-sama memiliki jiwa kehidupan
Mengapa harus dibedakan pemahamannya ?
Hanya karena Akhirat seperti dunia maya yang ada di hadapan kita
Sementara Dunia terlihat begitu gemerlapan dengan keindahannya yang hanya bersifat sementara..

Ketika tabungan itu tidak cukup untuk mengganti seluruh waktu yang telah terbuang percuma.. akankah disadari bahwa penyesalan itu terlambat datangnya..
Karena yang namanya kesempatan, hanya untuk orang-orang yg memahami sepenuhnya tujuan perjalanan hidupnya di dunia.

Ketika Hari pertama kehidupan baru itu tiba...
Apalah artinya kuasa manusia saat itu
Kekuasaan, kekuatan, ketangguhan... seolah lumpuh tanpa daya
Semua telah berpulang kepada pemiliki sejatinya.. Allah Sang Penguasa Tunggal !

Dan..
Akankah diri kita sadar dengan sebenarnya kesadaran ??
Bahwa sesungguhnya kita hanya meminjam kehidupan dunia ini
Bahwa sesungguhnya kita datang dari ketiadaan..
Lalu kembali pada ketiadaan..

Hidup adalah tempat untuk mengisi, memberi, melemgkapi..
Tanamlah pohon buah yang berisi kebaikan
Tebarkan bibit tanaman sebagai manfaat buat orang lain
Sempurnakan kelemahan manusia dengan manusia lainnya seperti tuts piano hitam dan putih..
Itulah hidup.. yang senantiasa berirama tentang kesedihan dan kebahagiaan

Apalah artinya Hidup ?
Jika langkah demi langkah terseret keangkuhan dan kemunafikan..
Hidup bukan hanya persoalan mengambil kesempatan atau membuat pilihan
Hidup adalah Meraih kemenangan pada akhirnya.





Jumat, 16 September 2011

Woman's Leadership - What ?


Hari ini, Saya mulai sebuah babak baru tentang perjalanan wanita dengan kepemimpinan yang dimilikinya. Langkah pertama diawali dengan sebuah pertanyaan  singkat   : “ What ?? “  atau APA ??. Apa untuk pemahaman tentang kepemimpinan / leadership itu sendiri dan Apa tentang wanita dan kepemimpinan.
Baiklah, Apa itu kepemimpinan ?? Sebuah kata yg didasari oleh kata " Pemimpin ". Barangkali dari penggalan kata ini membuat kita seringkali terjebak bahwa kepemimpinan berarti seseorang dengan gaya kepemimpinannya ketika dia menjadi pemimpin atau ketika dia sedang memimpin. Benarkah seperti itu pemahamannya ??
Mari kita lihat lebih jelas makna Kepemimpinan itu sendiri. Seringkali kita mendengar pernyataan bahwa " Leadership is an Action not a Position '. Yang artinya kepemimpinan adalah sebuah tindakan / perilaku dan bukan sebuah posisi / jabatan. Dari pernyataan ini, tampak bahwa setiap manusia sebenarnya secara lahiriah terlahir sebagai seorang pemimpin, bukan karena posisi yg menempatkannya menjadi seorang pemimpin. Setiap diri kita paling tidak adalah pemimpin yang bertanggung jawab terhadap dirimya sendiri. Sementara itu tanggung jawab adalah sebuah wujud dari perilaku / tindakan manusia atas segala hal yang dikerjakan / dilakukan oleh dirinya untuk mencapai suatu tujuan dalam hidupnya.
Dengan demikian, saya rasa kita sudah mulai mengurai satu per satu dengan nyata bahwa Pemimpin adalah Saya, Anda, Manusia yang bernyawa dan bertanggung jawab atas segala perbuatannya selama hidup. Artinya, manusia adalah dirinya dengan kepemimpinan yg melekat dalam kesehariannya bertingkah laku. Persoalannya sekarang, apakah setiap dari kita sudah benar-benar memahami arti diri menjadi pemimpin yang memiliki kepemimpinan ??
Karena untuk bisa menyadari diri menjadi pemimpin, maka ada 3 proses yang perlu dilakukan yaitu :
1.      SELF UNDERSTANDING
Ini adalah proses dimana kita sebagai manusia harus bisa memahami dirinya sendiri dan menyadari siapa diri kita sebenarnya. Pemahaman ini akan melahirkan kesadaran bahwa hidup yg kita miliki sekarang ini hanya bersifat sementara. Jika kita benar-benar mampu memahami kodrat kehidupan kita sebagai manusia, pertanyaan mendasar dari dalam diri adalah : Siapa Saya dan Bagaimana Saya hidup ? Dua pertanyaan yg sepertinya sangat sederhana tetapi bisa jadi kita kesulitan untuk membuat jawabannya. Bagaimana itu bisa terjadi ? karena seringkali manusia terjebak dengan Image yang melekat pada dirinya, sehingga apa yg dilakukannya bukan real / nyata yang sebenarnya diinginkan oleh dirinya untuk dilakukan. Lantas apa yang bisa kita lakukan untuk melakukan Self understanding ini ? Sederhana saja caranya, yaitu ketika kita mau jujur dengan diri kita sendiri, ketika kita mau meminta kepada Sang Pencipta untuk meluaskan kecukupan bagi diri kita atau dengan kata lain ketika kita mau menempatkan diri untuk menjadi manusia yg penuh dengan kebersyukuran.
 
2.      SELF AWARENESS
Sadar akan perasaan sendiri. Artinya, kita sebagai individu pada dasarnya memiliki Emotional Literacy, yaitu kemampuan mengenali & mengidentifikasi perasaan apapun yg sedang kita rasakan. Ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional ( EQ ) yg dimiliki oleh setiap orang, dimana kita dituntut untuk bisa membedakan hasil dari sebuah perasaan, pikiran dan apa yg sebenarnya diinginkan oleh diri kita sendiri. Bisa terwujud ketika kita mau berdialog secara lebih dekat dengan diri sendiri dan ketika kita mengijinkan diri ini untuk menguasai perasaan dan pikirannya. Barangkali masih banyak diantara kita yg terjebak dengan hasil dari pikiran maupun perasaan yg ada pada diri kita. Padahal,  perasaan & pikiran itu sangat buruk dampaknya ketika kita tidak bisa mengendalikannya. Karena pikiran / perasaan selalu ingin mendelete, mendistorsi dan mengeneralisir semua fakta  yg ada. Jika kita tidak memahami cara kerja dari pikiran yg akhirnya berdampak pada perasaan, seringkali kita menjadi budak dari pikiran & perasaan kita sendiri.
 
3.      SELF CONTROL

Sadar sepenuhnya akan apa yg dilakukan ( kita sebut dengan istilah Penguasaan Diri ), yaitu hasil dari emotional quotient yg tinggi. Dalam hal ini kita sebagai pemimpin sadar bahwa kita tidak bisa mengendalikan setiap stimulus yg masuk ke dalam kehidupan kita, namun kita dapat mengendalikan respon apa yg akan kita berikan untuk setiap stimulus tersebut. Ilustrasinya seperti ini : ada seorang supir taksi yg sedang membawa penumpangnya melintasi sebuah jalan protokol di kawasan sudirman, tiba-tiba, ada sebuah mobil Aplhard nyaris menyerempetnya. Dan ketika itu juga, seorang pria dengan pakaian Safari membuka kaca jendela mobil dan melihat ke supir taksi sambil mengacungkan tangannya dan mengucapkan kata-kata kasar. Lantas apa yg dilakukan oleh supir taksi ini ? Dia hanya melambaikan tangannya dan memberikan senyuman kepada pria yg di mobil Alphard tadi. Si penumpang yg melihat kejadian tersebut merasa aneh dan sambil menahan emosi kesalnya karena sikap pria di mobil Alphard, ia bertanya kepada supir taksi. “ Pak, orang itu nyaris membuat kita celaka, tapi malah dia yg marah & mengucapkan kata-kata kasar kepada Bapak, tapi mengapa Bapak hanya melambaikan tangan dan malah memberikan senyum kepada orang itu ? “ Apa yg dikatakan oleh bapak supir taksi atas pertanyaan si penumpang ini ?? Inilah kata-kata seorang pemimpin dengan kepemimpinan yg dimilikinya. Bapak Supir Taksi mengatakan bahwa siapapun kita setiap harinya membawa keranjang sampahnya masing-masing dalam perjalanannya untuk siap dibuang kapan saja. “ Saya sudah membawa keranjang sampah saya sendiri, jadi untuk apa saya mengambil sampah orang lain yg hanya akan membuat keranjang sampah saya semakin penuh “. Insight dari cerita ini adalah : kita tidak bisa mengontrol apapun yg akan terjadi dalam hidup kita, tetapi kita bisa mengontrol respon dari sikap kita dalam menerima semua situasi yg terjadi pada diri kita.

Selanjutnya, mari kita mulai pemahaman tentang  Wanita dan Kepemimpinannya. Menurut Hennig & Jardim dalam buku “ The Managerial Woman “, kebanyakan wanita melihat dirinya sebagai seseorang yg penuh keraguan, bingung akan tujuan-tujuannya dalam hidup, menunggu untuk dipilih atau disadari keberadaannya oleh kaum pria. Wanita dikenal sebagai makhluk yg tidak suka mengambil resiko dan menjadi gelisah dalam situasi dimana mereka tidak mengetahui banyak hal. Jika demikian Apakah bisa wanita menjadi pemimpin ??

Jika pemahaman yg terjadi bahwa Kepemimpinan adalah Posisi bukan Tindakan / Perilaku, maka sangat besar kemungkinannya wanita tidak mampu menjadi pemimpin dengan semua sifat-sifat yg bertentangan dengan sifat yg seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin. Namun bila kita simak  hasil temuan dari para peneliti, diketahui bahwa para wanita yg suka memimpin tidak menganggap diri mereka sebagai wanita & berbeda. Tetapi mereka melihat diri mereka sebagai manusia dimana pola pikir mereka, begitu juga kemampuan mereka, memampukan mereka untuk menjadi pemimpin yg berorientasi untuk bersaing dan menyelesaikan tugas.

Wanita yang sadar akan kelebihan yang dianugerahkan Tuhan dalam dirinya, cenderung memiliki motivasi belajar yg tinggi untuk lebih memperkuat kepribadian yg dimilikinya. Mereka sanggup mengesampingkan emosi pada situasi yg membutuhkan penilaian secara objektif. Bukannya tidak emosional, tapi wanita menjadi semakin cerdas karena memahami diri dan mengendalikan perasaan mereka. Hal ini berarti wanita akan lebih bisa melalui 3 proses pemahaman untuk menjadi pemimpin dan memiliki kepemimpinan dengan lebih cepat dan cermat. Sebagai makhluk yg paling istimewa di muka bumi ini, wanita memiliki kekuatan melalui hati nuraninya yg tidak dimiliki oleh kaum pria. Wanita selalu identik dengan perilakunya yang lemah lembut, peduli dan tegar dalam menghadapi setiap persoalan hidup.

Wanita dan kepemimpinan adalah kolaborasi sempurna antara harkat dan martabat, bukan hanya posisinya yang dimuliakan melainkan juga tindakan nyatanya dalam ketulusan memperkuat diri dan keberadaannya sebagai symbol keagungan Penciptanya.